CURAHAN ILMU | "Selalu Mengalir Bagaikan Air"

Senin, 18 Mei 2009

IQ Jongkok ? Nggak Perlu Minder, Koq!

by Vidiansyah (Khalil Rahman)  |  in Sains at  20.25

Tes kecerdasan, atau yang biasa kita kenal tes IQ (Intelligence Quotient) sering sekali jadi patokan untuk menentukan cerdas atau tidaknya seseorang. Bahkan, IQ menjadi syarat untuk memasuki dunia sekolah atau pekerjaan. Tentunya, yang bakal di terima adalah seorang dengan skor IQ diatas rata-rata.






Tes kecerdasan atau intelegensi ini dilakukan untuk mengukur kapasitas seseorang dalam berpikir dan bernalar. Intelegensi berasal dari bahasa latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Intelegensi, oleh David Wechsler, didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Sementara itu, intelligence quotient mempunyai arti yang berbeda dengan intelegensi tadi . IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Banyak faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang.

Menurut Howard Gardner, seorang psikolog lulusan Harvard University, kecerdasan intelektuall hanya satu dari delapan kecerdasan yang dimiliki seseorang. Delapan kecerdasan itu adalah cerdas bahasa (cerdas dalam mengolah kata), cerdas gambar (memiliki imajinasi tinggi), cerdas musik (peka terhadap suara dan irama), cerdas matematika dan logika (terampil dalam sains dan berhitung, cerdas sosial (memiliki kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain), cerdas diri (menyadari kekuatan dan kelemahan diri), cerdas alam (peka terhadap alam sekitar). Nah, jadi jelas, kalau kita tidak menguasai bidang matematika, misalnya, belum tentu pelajaran lainnya tidak bisa kita kuasai . Pernyataan Gardner tadi pun diamini oleh Dewi Tarumawati, S.Psi., Psi., yang mengatakan , ” Seorang anak yang mempunyai skor IQ 98 bisa lebih sukses di bidang matematikadibandingkan dengan anak yang mempunyai IQ 120”.

Jadi, yang sudah pernah ikut tes IQ dan hasilnya tidak memuaskan, jangan kecil hati. Banyak anak yang memiliki skor IQ tinggi, tetapi mereka tidak berhasil di bidang akademis. Sebaliknya, tidak sedikit anak dengan skor IQ biasa-biasa aja, malah lebih populer di sekolah karena memiliki kepercayaan diri tinggi.
Tetapi, bukan berarti orang punya skor IQ tinggi tidak bisa berhasil, lho. Memiliki skor IQ tinggi merupakan suatu keuntungan yang bisa dimanfaatkan kalau kita tahu bagaimana memaksimalkan potensi kecerdasan yang kita miliki.

Pernah baca bukunya Roald Dahl atau Filmnya yang berjudul Mathilda? Dalam buku dan film itu di kisahkan seorang gadis kecil berusia dibawah sepuluh tahun, tapi punya kemampuan luarbiasa. Membaca buku, berpikir layaknya orang dewasa, bahkan sampai memiliki ”kekuatan” yang bisa menyelamatkan dia, gurunya, dan teman-temannya dari teror jahat kepala sekolahnya. Nah, anak seperti Mathilda ini bukan hanya ada dalam dongeng karangan Roald Dahl aja. Di Bremen , Jerman, ada seorang anak bernama Alex Mortagaill, yang juga memiliki kemampuan setara dengan Mathilda . Hanya, Alex ini tidak punya kekuatan gaib yang dimiliki Mathilda. Sejak umur 2 tahun, Alex ini sudah lancar membaca dan menulis bahkan, Sejumlah karya ilmiah pun dilahapnya. Bayangin aja, dalam usia 5 tahun, Alex dapat menguasai bahasa Spanyol, Inggris, Prancis. Sampai di usia 10 tahun, Alex berhasil mengikuti debat ilmiah dengan beberapa profesor di Jerman. Wow......

Ibu Indun, seorang dosen psikologi Unpad, mengatakan bahwa IQ hanyalah mengukur kapasitas. ” Kapasitas ini tidak akan bertambah, tatapi kapasitas ini bisa berkembang ” ” Kalau ingin berhasil di jurusan yang bakal di tempuh nanti, patokannya bukan IQ . Orang yang IQ nya rendah tapi belajar mati-matian tentu akan lebih berhasil daripada orang dengan IQ rendah tapi tidka belajar dengan sungguh, ” katanya.
Lain halnya kalau masih bingung untuk menentukan jurusan mana yang akan dipilih Dewi menyarankan untuk mengikuti tes minat dan bakat. ” Dari tes ini bisa di ketahui, anak tersebut cocoknya masuk ke jurusan mana, ” ujarnya.




“Sine doctrina vita est quasi mortis imago”
”Hidup tanpa belajar hampir sama artinya dengan mati”

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.